Jumat, 01 Oktober 2010

Mengais Setetes rezaki di Musim Kemarau

Kasim (46) tak lelah menyusuri jalan-jalan di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Siang yg terik tak mengendurkan langkah kakinya yg hanya beralaskan sandal jepit. Sambil mendorong gerobak yg mengangkut jerigen air, sesekali ia berhenti di warung tepi jalan, menawarkan air kpd pelanggannya.
Keseharian Kasim adalah berdagang air keliling. Bersama dgn pedagang, ia mengambil air di sebuah sumur di Jatibunder, Tanah Abang, kemudian mengantar air bersih itu ke pelanggannya seharga Rp. 1.000 per jerigen. Sekali jalan, ia bisa mengangkut 16 jerigen dgn gerobak dorongnya.
Musim kemarau ini seakan memberi berkah bagi Kasim dan kawan-kawannya. Kalau orang lain mengeluh sulit mencari air akibat banyak sumber air mengecil, Kasim malah mendapat tambahan penghasilan. "Saat kemarau seperti ini, permintaan air semakin bertambah, tetapi saya tidak bisa melayani semuanya. Tidak kuat kalau harus bolak-balik mengangkut airk karena jaraknya jauh,” katanya sambil mengusap peluh yg membasahi dahinya dgn sobekan handuk yg menggantung di lehernya. Biasanya Kasim hanya berkeliling tiga kali jalan setiap hari. Namun, saat musim kemarau, ia bisa keliling hingga lima kali setiap hari. Dengan sekali jalan mengankut 16 jerigen, dalam sehari Kasim bisa mendapatkan penghasilan kotor Rp.80.000. Setelah dikurangi utk uang makan serta setoran pengambilan air, Kasim membawa pulang sisanya utk keluarga.
Cerita serupa dialami Doyok (50), pedagang air yg biasa menyuplai kebutuhan warung dan rumah di sekitar Pasar Tanah Abang. Meskipun ada permintaan lebih pd musim kemarau ini, ia tidak memaksakan diri untuk melayani semua permintaan air. Sehari, Doyok hanya empat kali jalan. Ia menjual satu jerigen seharga Rp.1.500. Meski demikian, tambahan keuntungan yg dia peroleh masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.“Kebutuhan keluarga selalu saja ada, padahal kerja kami hanya kuli begini,“ ujarnya.
Ramlan musim kemarau yg bakal menyebabkan kekeringan hingga bulan depan bagi sebagian besar orang adalah belitan hidup, karena mereka harus keluar ongkos baru utk membeli atau mencari air. Tetapi, bagi Kasim dan Doyok, kekeringan meneteskan sedikit harapan sehingga tak perlu berpikir menjual gerobak utk makan.[-O-]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar