Minggu, 24 Oktober 2010

Derita Berlapis Penjual Kue

Kasminah, 47 tahun, berdiri terpaku menyaksikan para petugas Ketentraman dan Ketertiban membongkar kios-kiosnya di pasar Kosambi, Jakarta Barat. Di kios itulah ia sehari-hari berjualan kue lapis.
Dari hasil berjualan yg sdh dilakoninya selama bertahun-tahun itu ia bisa mengasapi dapur dan menghidupi tujuh orang anaknya. "Saya nggak tahu apakah anak saya bisa makan apa nggak," katanya penuh haru, Rabu lalu.
Kepada ZP yg mengunjungi gubuk kecilnya yg terletak tak jauh dari pasar itu, Kasminah dan suaminya, Suyono, 62 tahun menuturkan kisahnya. Setiap hari, kata Suyono, keduanya harus berjuang keras di pasar Kosambi itu. Selain membantu istrinya berjualan, kadang ia harus nyambi sebagai kuli bangunan.
Beban hidupnya kian terasa berat ketika ia harus menerima kenyataan, empat dari tujuh anaknya menderita sakit parah. Penghasilan istrinya dari berjualan keu lapis rata-rata hanya Rp.20 ribu. Uang itu harus ia gunakan utk menghidupi keluarganya dan menyembuhkan sakit anaknya. Meski upayanya belum juga berhasil, tekad utk menyembuhkan buah hatinya tetap saja membara.
Wiwin Priono, 15 tahun, anak kelimanya, telah kembali ke pangkuan-Nya pd 12 Februari lalu karena penyakit leukemia yg dideritanya selama lima tahun. Di sudut kamar berukuran 3x3 meter yg disewanya Rp. 150 ribu per bulan itu tergeletak anaknya, Siswardoyo, 24 tahun, yg mengalami kelumpuhan sejak setahun lalu. "Kata dokter, Sis bisa sembuh jika dioperasi. Tapi biayanya Rp. 18 juta," ujar Suyono.
Derita yg dialami keluarga ini memang datang bertubi-tubi. Awal penderitaan mulai dirasakan sejak tahun 2000. Ketika masih di Cilegon, putri keempatnya, Kusmiatun, 19 tahun, tertabrak kontainer. Akibatnya, putrinya ini terancam buta karena geger otak yg dideritanya tak tertangani secara baik.
Kini keluarga ini hanya bisa berharap budi baik dari siapa pun agar ia bisa mendapat peluang berjualan kue lapis kembali. Entah di mana, mungkin di pasar Kosambi baru.[-O-]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar