Selasa, 19 Oktober 2010

Menghibur Pejabat Dengan Berpeluh

Di teras bangunan simbol kolonialisme klasik yg terawat baik hingga kini, Presiden didampingi Ny Ani Yudhoyono, Wapres didampingi Ny Ida Kalla, para mentri dan pejabat negara duduk di podium beranak tangga setinggi sekitar 2 meter. Dari ketinggian itu, mereka menikmati tarian, nyanyian, dan tabuhan alat musik yg dipersembahkan kelompok-kelompok masyarakat dari seluruh Nusantara.
Sebanyak 3.575 orang terlibat dalam persembahan berjudul Gelar Budaya Nusantara. Gelar budaya ini merupakan rangkaian peringatan hari ulang tahun ke-63 kemerdekaan RI. Istana meredeka yg dibangun pada masa Gubernur Jendral JW Van Lansberge tahun 1873 menjadi panggung pertunjukkan, selasa (19/8).
Peserta gelar budaya adalah wakil dari 33 provinsi. Mereka menampilkan keunikan masing-masing dgn kostumnya. Anak-anak dan orang tua berbaur menjadi satu. Panas matahari dan panas aspal yg membakar telapak kaki tak dihiraukan. Para pejabat terhibur. tepuk tangan menyambut setiap atraksi menarik. Mereka semua tertawa ketika 90 kethek ogleng (kera putih) dari Jawa Tengah berlari berhamburan di hadapan mereka.
Pawai budaya ini adalah acara rutin yg diselenggarakan sejak pemerintahan Presiden Yudhoyono. Ribuan orang hadir menyaksikan atraksi dan para pejabat yg duduk di depan mereka. Karena posisi duduk sejajar, orang yg duduk di belakang hanya melihat punggung orang lain di depannya. Separuh dari mereka meninggalkan Istana Merdeka tidak lama setelah pawai dimulai.
Peserta pawai mulai bergerak dari Jalan Medan Merdeka Utara, masuk halaman Istanan Merdeka, dan berjalan menyusuri Jalan Medan Merdeka Barat menuju Monumen Nasional yg dibangun atas prakarsa Presiden Soekarno. Karena pawai tahunan ini, sejumlah ruas jalan di sekitar pawai ditutup sejak pukul 13.00.
Terbayang bagaimana kemacetan jalan-jalan yg menjadi limpahan jalan-jalan yg ditutup. Tanpa penutupan jalan saja kemacetan sudah seperti merayap seperti ular. Pengendara di Jalan Juanda, Jalan Veteran, dan Jalan Medan Merdeka Timur mengumpat karena minimnya informasi penutupan jalan.

Ketidakdisiplinan pengendara seperti mendapat tempat pelampiasannya di kekacauan jalan ini. Trotoar tempat pejalan kaki di terabas. Tempat teduh di bawah pohon dijadikan tempat istirahat sejenak karena kelelahan dan kepanasan.[-O-]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar