Rabu, 16 Juni 2010

Pulau Sikuai, Membuai Namun Terbengkalai

Butuh waktu sekitar 50 menitika cuaca sedang bagus, untuk menuju Pulau Sikuai yg terletak di Kecamatan Bungus, Teluk Kabung, Kota Padang, Sumatera Barat. Perjalanan menuju pulau Sikuai bisa ditempuh dari Dermaga Wisata Bahari dgn menumpang speed boat milik PT Abadi Wijaya yg memiliki dan mengelola satu-satunya resor di pulau itu, yakni New Sikuai Island Resort.

Pengunjung dapat pula menyewa kapal milik nelayan dari Pelabuhan Bungus, yg jaraknya sekitar 20 kilometer dari pusat kota Padang ke arah selatan. Setiba di pulau Sikuai, pengunjung tetap harus membayar Rp. 50.000 kepada pengelola pulau, yakni New Sikuai Island Resort.

Namun, informasi menuju dan selama berada di pulau itu teramat sulit di dapat. Bahkan, petunjuk untuk menuju Dermaga Wisata Bahari pun tidak ada.

Ketiadaan terminal bus dan angkutan kota di Padang menjadi sebab utama. Tempat mangkal bemo di pasar Raya, Padang, juga tidak ada lagi. Lagi pula, bemo yg beroperasi lebih sering mengangkut barang ketimbang orang. Akhirnya, ojek sepeda motor menjadi satu-satunya alat transportasi dgn tarif Rp. 5.000 menuju ke Dermaga Wisata Bahari setelah berputar-putar nyaris selama satu jam di kawasan Pasar raya yg tidak tertata.

Butuh biaya Rp. 250.00 untuk ikut menumpang speed boat milik PT Abadi Wijaya. Biaya itu termasuk tiket pergi pulang dan jatah makan siang. Jika menyewa kapal milik nelayan, harganya berkisar Rp. 200.000.

Jika hendak menginap, terdapat tidak kurang dari 54 bangunan resor. Tarif semalam Rp. 800.000 hingga 4 juta. Ada lima jenis kamar dgn tarif berbeda yg ditawarkan. "Belum pernah terjadi ada pengunjung datang kesini dan tidur di tenda," kata Hadi (20) pegawai New Sikuai Island Resort yg hampir dua tahun bekerja di pulau itu.


Kendala Listrik

Namun, listrik menjadi kendala utama bagi pengunjung. Pukul 08.00 hingga 17.00 listrik dari generator dimatikan. ”Semestinya mereka menggunakan listrik tenaga surya dan membangun resor yg atapnya lebih tinggi sehingga tidak perlu AC yg butuh banyak energi. Pengunjung tidak butuh AC. Asalkan ada udara segar masuk, itu sudah cukup,” ujar Neil (32), pengunjung asal Kanada.

Neil juga tidak habis pikir mengapa pulau seindah itu harus sepi saat liburan akhir pecan panjang, dengan 15 resor saja yg terisi. Saat itu, Sabtu (3/4), terlihat tidak banyak wisatawan yg datang.

“Semestinya pulau ini bias jadi tujuan orang-orang saat akhir pecan,” kata Neil tentang pulau yg dipenuhi keanekaragaman biota laut dan koleksi flora serta fauna yg bermacam-macam. Mahalnya biaya dan pelayanan yg tidak seberapa diduga menjadi penyebab sepinya pengunjung.

Pengunjung yg tidak menginap berangkat pukul 10.00 dan sudah harus kembali ke Dermaga Wisata Bahari pada pukul 16.00. Paket wisata sehari yg merupakan tariff termurah menuju pulau itu dinamai One Day Tour.

Selama sekitar lima jam berada di pulau seluas 38,6 kilometer persegi itu, pengunjung bebas berkeliling. Jika berjalan kaki, butuh waktu lebih dari dua jam untuk mengelilingi pulau.

Tiga sepeda motor disediakan pengelola pulau untuk disewa. Tarif sewa sepeda motor buatan cina itu Rp. 200.000 per jam. Kano plastik dipasang dgn tarif sewa Rp. 50.000 per jam, sedang jet ski Rp. 150.000 selama 15 menit.

Pengunjung juga dapat berenang atau melakukan aktifitas snorkeling dan diving di sekitar wilayah perairan berkarang itu. Sebagian besar terumbu karang memang terlihat rusak dan tidk bisa lagi dinikmati. Namun di bagian belakang pulau itu kondisi sebagian terumbu karang tanpak lebih baik., dgn macam-macam tumbuhan dan hewan, seperti burung blekok, relatif mudah dijumpai.

Pemilik PT Abadi Wijaya sekaligus New Sikuai Island Resort yg mengelola Pulau Sikuai sejak 2007, Rikwan, mengeluhkan tidak adanya dukungan pemerintah. Investasi Rp. 4 miliar yg ditanamkan sejak 2007 hingga kini belum kembali.

Resor di pulau tersebut dibangun sejak 1994 dan sejak membeli hak pengelolaan pada 2007, Rikwan hanya menikmati masa keemasan pada tahun 2008-2009. setelah gempa bumi, tingkat hunian turun jadi sekitar 5 persen hingga 10 persen saja,” katanya.

Walikota Padang Fauzi Bahar mengatakan, pengelola Pulau Sikuai sat ini memang memiliki persoalan untuk pengadaan listrik. Ia mengatakan, PLTU Teluk Sirih di Kecamatan Bungus, Teluk Kabung, Padang, akan menjadi Solusi kelangkaan listrik itu. ”Investor dari Jerman pada Juli juga akan masuk ke pulau itu,” kata Fauzi.

Belum Utuh.

Peneliti budaya dari Universitas Negri Padang, Ady Rosa, menyebutkan, industri pariwisata di Pulau Sakuai dan Sumbar secara keseluruhan belum pernah dikelola secara utuh. ”Jaringan yg ada tidak pernah digunakan dan cenderung berjalan sendiri-sendiri,” katanya.

Kepala Dinas kebudayaan dan pariwisata Sumbar James Hellyward menambahkan, pengelolaan Pulau Sikuai yg merupakan wewenang pemerintah Kota Padang harus dilihat lagi dari aspek kebijakannya. Pengelola saat ini dari pihak swasta tidak bisa disalahkan jika mengutip biaya yg terlalu tinggi dgn pelayanan yg tidak terlalu memuaskan. Pengelola memang mencari untuk terlebih dulu. Wajar toh..[-O-]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar