Senin, 07 Juni 2010

Cacat Tidak Berarti Berpangku Tangan

Cacat fisik tak membuat satu keluarga miskin di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, berpangku tangan atau menggantungkan hidup pada orang lain. Tangan dan kaki lumpuh yang diderita sang istri Tari serta tuna netra yang dialami sang suami Rustam, justru melecut semangat keluarga ini untuk berjuang membebaskan diri dari balutan kemiskinan. Beragam pekerjaan pun dilakukan, yang penting halal.
Agar bisa menghidupi keluarganya, Rustam dan Tari yang telah dikarunia tiga anak ini kerap berbagi peran. Misalnya, Rustam jadi tukang panjat kelapa atau buruh panen cokelat dengan upah yang tidak seberapa. Saat tawaran pekerjaan sepi, keluarga kecil ini tak pernah kehilangan ide cara mendapatkan penghasilan lain. Rustam memang kerap berutang pada tetangga untuk membeli beras dan lauk pauk. Namun, saat panen cokelat, hasil keringat Rustam dan istrinya sebagian digunakan untuk membayar utang itu.
Falsafah hidup tentang hakekat rezeki membuat keluarga ini tak pernah frustrasi menjalani hidup. Bagi mereka, Tuhan selalu membuka jalan bagi mereka yang mau menggerakkan tangannya. Inilah yang membuat Rustam dan keluarganya tetap bersemangat menghadapi kesulitan hidup.[-O-]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar