Jumat, 05 Maret 2010

TAHUN BIODIVERSITAS

PBB menetapkan tahun 2010 sebagai Tahun Biodiversitas (keaneka ragaman hayati) Internasional dgn semboyan “Biodiversity is life”, hidup memerlukan keanekaragaman. Biodiversitas merupakan salah satu landasan kesejahteraan dan kelestarian hidup manusia dan penghuni Bumi lainnya. Dengan ini PBB secara spesifik hendak membangkitkan kesadaran publik dan menggalakkan aliansi global agar aktif bergiat dalam mengupayakan keberlanjutan dan meredam bahaya punahnya populasi tumbuhan dan hewan di alam, baik di darat, laut, maupun udara.
Istilah biodiversitas atau biological diversity menembusi zona diskusi ilmiah politik dan ruang public sejak tahun 1980-an. Gebrakan ini cukup kuat dipengaruhi oleh ahli biologi Amerika Serikat, Edward Osborne. Wilson, dengan karyanya Biodiversity anf Diversity of life. Konferensi tingkat tinggi iklim sedunia di Rio da Janeiro tahun 1992 juga menyepakati perlindungan keaneka ragaman hayati (convention on biological diversity/CBD). Salah satu kesepakatan penting konferensi Rio ini ditanda-tangani oleh 167 negara, diratifikasi oleh 30 negara, dan mulai berlaku secara resmi sejak tanggal 29 Desember 1993. Kelak ditetapkan tanggal 22 Mei sebagai Hari Biodiversitas Internasional.

Ancaman Kolosal
Biodiversitas pada prinsipnya berkaitan dgn keseluruhan hidup dan keaneka-ragamannya dalam segala bentuknya di planet ini. Yang dimaksudkan adalah keragaman semua organisme hidup dgn hewan, tumbuhan, mikro-organisme (bakteri, virus, jamur) juga keaneka ragaman genetic intern setiap jenis dan perbedaan lingkup hidup (ekosistem dan biosfir).
Sejak Aristoteles (384-322 SM), proses kategorisasi dunia flora dan fauna telah dimulai. Menariknya, para ilmuwan mengetahui lebih banyak tentang jumlah bintang di galaksi ketimbang jenis hewan dan tumbuhan di Bumi.
Memang hingga kini belum diketahui secara pasti berapa banyak makhluk hidup yg ada di Bumi ini. Diperkirakan sekitar 15 Miliar jenis. Yg telah diklasifikasi oleh taksonom sekitar 1,8 miliar dan dari jenis itu sekitar 40.000 jenis yg terancam punah serta 150 jenis yg punah setiap hari. Kisah sedih ini berjalan kontinu. Lebih dari 70 persen aneka ragam hayati berhabitat di negar-negara tropis dan sub tropis.
Salah satu ancaman kolosal terhadap kelanggengan biodiversitas adalah kehilangan ruang hidup. Lingkungan hidup yg harmonis bukan hanya berubah secara drantis, tetapi begitu gigantis dirusakkan oleh pemanasan global, pencemaran, kontaminasi, pemupukkan dgn dosis tinggi, pembasmian hutan, penangkapan ikan dan berburu secara liar, eksploitasi sumber-sumber alam secara serakah dan struggle of life antar spesies.
Laju perusakkan lingkungan hidup yg kian gencar terjadi di negara-negara Industri baru dan negara-negara berkembang yg dipacu oleh politik pembangunan dengan sasaran mengejar ketertinggalan. Di sini saya tergoda untuk mengutip Aristoteles :”banyak ketidak-adilan besar dilakukan oleh pihak yg secara serakah mengatasi ketertinggalan , bukan berasal dari mereka yg didorong oleh kemiskinan.”
Bapak biodiversitas, EO Wilson, berargumentasi bahwa ”dengan merusak lingkungan , pada prinsipnya manusia sedang mempersiapkan kematian massal”. Yang memegang tanggung jawab untuk cerita sedih ini adalah Homo Sapiens. Segalanya ada di tangan manusia, entah kita menjarah atau menghancurkan Biodiversitas.

Sangat Eksistensial
Hidup manusia tak bias dipisahkan dari keragaman alam. Dari alam kita mendapat makanan, minuman, tempat berlindung, obat-obatan Oksigen, dan seterusnya. Biodiversitas dgn ini sangat eksitential. Keanekaragaman hayati merupakan asuransi hidup dalam dunia yg selalu berubah. Untuk itu, perlu dijaga bukan saja keberlangsungan hidup, tetapi juga keseimbangan hidup segala spesies. Jika satu spesies punah, spesies yang lainnya juga terancam raib.
Alam ini begitu kaya, tetapi kekayaan itu perlu dimanfaatkan secara bertanggung jawab.
Tahun biodiversitas merupakan kesempatan emas bagi kita untuk merenungkan kembali apa yg telah kita lakukan dalam rangka langgengnya biodiversitas, dimana letak tantangan masa depan dan di mana serta bagaimana kita seharusnya bertindak. Tahun Biodiversitas juga mengingatkan kita terhadap kiat sustainable depelopment dan mengeliminasi gaya hidup konsumtif-parasit serta mengajak kita untuk berpikir regeneratif.
Slogan lama yg disuara-suarakan oleh TVRI dgn sasaran pelestarian lingkungan hidup semasa Kabinet Pembangunan kembali terasa relevan :"Dunia ini bukanlah milik kita, tetapi pinjaman generasi mendatang. Penulis Swiss, Friedrich Duerrenmatt, menulis,: "Was die Zukunft bringt, wissen wir nicht, aber dass wir handeln muessen, wissen wir" (Kita tidak tahu apa yg dibawa masa depan, tapi kita tahu bahwa kita harus bertindak).[-O-]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar