Minggu, 20 Februari 2011

Mencari Tuhan di Kota Metropolitan

Malam hari saat kota Jakarta masih penuh hiruk pikuk, sejumlah orang memilih menyendiri lewat iktikaf, yaitu berdiam diri sambil beribadah di mesjid pd malam-malam terakhir Ramadhan, mereka berusaha mencari kedamaian.

Suasana di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (2/9) malam, cukup tenang. Sekitar pukul 22.00 Endri Sudiro (42), seorang lelaki kurus berkaca mata, memasuki Mesjid sambil sambil menjinjing tas hitam. Ia duduk tenang di ruang shalat.

Biar tak perlu keluar-keluar masjid lagi, ia membawa bekal dalam tas hitamnya, yaitu aneka kue pengganjal perut. Untuk sesaat, ia mencermati ceramah Prof KH Mustofa Yakub, guru besar Masjid Sunda Kelapa, tentang ibadah. Selesai ceramah, Endri kemudian berdiam diri lagi. "Di sini saya merenungi kesalahan-kesalahan saya," katanya.
Lelaki itu bercerita. Ia dibesarkan di lingkungan pesantren di Bogor, Jawa Barat. Hingga duduk di bangku SMA, ia cukup rajin beribadah, termasuk beriktikaf saat Ramadhan. Namun, kehidupan berubah 180 derajat ketika ia menjadi pemain keyboard dalam salah satu grup musik. Kemudian, ia pindah ke Jakarta dgn status baru sbg musisi beken.
Tanpa bekal ketahanan mental, ia terseret dalam sisi gelap dunia hiburan. "Mulai dari bermain perempuan, mabuk-mabukan, pakai narkoba, semua pernah saya lakukan. Uang belasan juta bisa habis dalam sehari utk foya-foya ke tempat hiburan. Satu rumah dan dua mobil amblas," kenangnya dgn wajah murung.
Kehilangan harta benda dan merasa putus asa membuat dirinya kepepet, lantas teringat kepada Tuhan. Endri kemudian mencoba menekuni iktikaf lagi. Suatu kali, ketika sedang menenangkan diri di masjid pd malam hari, sesosok berjubah putih seperti menyeretnya ke tempat terang benderang. "Mungkin itu petunjuk, saya harus bertobat, meninggalkan dunia hitam," katanya.
Pelan-pelan hidupnya berubah. Endri kini menggeluti pekerjaan di sebuah rumah produksi di Bogor. Ia juga hijrah lagi ke Kota itu."Saya janji utk terus memperbaiki diri," katanya dgn semangat.
Setelah bercerita, ia kembali duduk diam di masjid. Malam semakin larut dan saat itu telah memasuki hari Jumat sekitar pukul 01.00. Pada dini hari yg sama di Masjid Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, joko Pujiono (53) juga tengah beriktikaf. Lelaki asal Plumpang Jakarta Utara, itu bersila sembari menundukkan kepala hingga lebih dari satu jam. ia juga memanfaatkan momen itu utk berintrospeksi diri. "Dulu saya nakal, sering melaan orangtua. Tapi, sekarang saya ingin banyak berdoa dgn berdiam di Masjid supaya hidup saya lebih baik," katanya.
Joko pun banyak beribadah dan selalu beriktikaf di masjid Luar Batang selama dua tahun terakhir. Bersama para anggota jemaah lain, ia juga berziarah ke makam pendiri masjid Husein bin Abubakar Alaydrus, di area masjid. Ritual serupa ditekuni lebih dari 100 umat Muslim yg malam itu beriktikaf di sana.

Oase
Itikaf telah mentradisi sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Berdiam diri di masjid sambil beribadah itu bisa ditekuni pd 10 hari terakhir Ramadhan. Ibadah ini diyakini dpt mendekatkan manusia kpdAllah, bahkan memperoleh berkah malam Lailatul Qadar- malam yg lebih baik dari 1000 bulan. Malam ini ditunggu kaum muslim di seluruh dunia, termasuk di Jakarta. Maka, pd malam-malam akhir puasa, sejumlah Masjid disesaki Jemaah, seperti Masjid Sunda Kelapa, Masjid Luar Batang, atau Masjid Istiqlal. Lazimnya, mereka beriktikaf selepas tarawih sekitar pukul 22.00 hingga waktu sahur sekitar 03.00.
Apa relevansi itikaf bagi kaum muslim di Jakarta?
Kehidupan kota Metropolitan yg penuh rutinitas, membuat penat, cenderung terburu-buru, dan membelit orang dalam buaian material, semuanya itu membuat manusia tertekan bahkan mungkin stress. Sebagai gambaran, tahun 2007, warga Jakarta yg stress dan dirawat di puskesmas mencapai 1,4 juta jiwa. Satu dari empat pasien puskesmas di Jakarta juga menderita stres. (Kompas, 1 Desembar 2007)

Agaknya, iktikaf dpt menjadi sarana bagi warga Jakarta utk mundur sejenak dari keruwetan kehidupan kota. "Memburu kepuasan duniawi hanya membuat orang semakin haus dan haus. Orang-orang makin kosong jiwanya karena terus menerus mengejar materi. Dengan iktikaf, saya merasakan kedamaian dan kepuasan yg sesungguhnya," kata Ny Toha (70), warga kota Depok, Jawa Barat.

Sabtu dini hari lalu, perempuan yg masih tampak segar di usia lanjut itu berbaur di tengah ratusan remaja putri dan ibu-ibu yg beribadah di masjid Istiqlal. Ia mencari pencerahan di sana sejak menjelang berbuka puasa sekitar pukul 17.00 hingga waktu sahur sekitar pukul 03.00.

Tak hanya merenung, dia juga membaca Alquran dan shalat tahajud. Ny toha menikmati ritual ini sejak bertahun-tahun lalu. Saat mendengarkan imam berdoa, saya merasa seperti melayang, seperti tidak berbobot. begitu kecil dan tdk berarti," ucapnya.[-O-]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar