Minggu, 20 Februari 2011

Komodo, Obsesi Indonesia 100 Persen

ENAM penari mengakhiri tarian dgn membuka paying kertas putih bertuliskan beberapa suku kata. Ketika dibaca, rangkaian paying-payung itupun bertuliskan “100 % Indonesia”. Seusai meletakkan paying itu di panggung mereka sekali lagi membuka paying lainnya hingga terurai kalimat “Bus Komodo”.

Suara klakson bus pun terdengar, sebuah bus temple produksi PT Asian Auto International (AAI) berjalan perlahan dan berbelok menembus tirai putih memasuki sisi panggung. Itulah peluncuran bus gandeng Komodo yg menjadi obsesi Karya Indonesia seratus persen.

Peluncuran yg dilakukan di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Selasa (23/9) siang, itu cukup unik. Peresmian yg biasanya menggunakan sirene diganti dengan mengelus patung Komodo. Peluncuran ini menandai “penyerahan” produksi AAI kpd pemesan perdananya, PT Eka Sari Lorena Transport, sebelum dioperasikan menjadi sarana angkutan massal.

Menteri Perindustrian Fahmi Idris, yg didaulat mengelus patung komodo sebanyak tida kali, pun tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Heran. Apalagi peluncuran itu disaksikan Dubes Malaysia utk RI Dato Zainal Abidin Zain.

Bus berwarna abu-abu dan berdisain binatang khas Indonesia, komodo, itu dirancang dgn ketinggian lantai 110 cm dan panjang 18 meter. Bus produksi dalam negri ini menggabungkan komponen terbaik yg terdapat di sebagian besar bus kota di Eropa.

Komodo adalah contoh bagaiman kerjasama dan kemitraan internasional mampu menguntungkan perusahaan-perusahaan lokal dalam merekayasa kendaraan niaga berteknologi maju. “Betul, secara teknologi permesinan, kita memang masih bergantung pd impor Jerman dan Korsel. Paling tidak, body dan chasis serta beberapa komponen penunjang lainnya sudah diproduksi di Indonesia sekitar 50 persen,” kata Direktur Manufaktur AAI Bus B Muljadi.

Presdir AAI Ruddy Soesilo mengatakan, bus temple ini berbahan baker gas alam terkompressi. Pendiri AAI telah memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun dalam industri otomotif dan transportasi. Komodo dirancang di atas rangka penopang (chasis) secara monoque dan berlantai tinggi yg memberikan kekuatan, kestabilan, dan kendali.

Bus ini memiliki kekuatan tenaga mesin 340 HP (horse power) dari Infracore Doosan (Korea). Bus inipun didisain utk menghasilkan tenaga torsi mencapai1.373 Nm dgn respon seketika terhadap katup atur, percepatan siaga, dan kemampuan lagging pd putaran rendah.

Mesin ini digabungkan dgn transmisi otomatis DIWA 3 Voith (Jerman) yg menghasilkan perpindahan gigi lebih halus dan dilengkapi rem pelambat yg menyatu pd transmisi. Dgn demikian, efek pengereman lebih tanggap sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya panas yg berlebihan dan kehausan komponen.

Untuk mendukung bebanberat, axle ratio dirancang pada 6,8 yg secara keseluruhan menghasilkan penghematan Bahan Bakar dan pengurangan keausan pd komponen. Ini berdampak pd turunnya biaya permeliharaan. AAI memproduksi bus itu atas pesanan PT Eka Sari Lorena Transport seharga Rp.4 Miliar (off the road) per unit utk kebutuhan busway transjakarta koridor V (rute Kp Melayu-Ancol), yg akan segera dioperasikan. Hingga kini, 13 bus tempel ini hampir selesai diproduksi di kawasan Bukit Sentul, Bogor.

Bus tempel ini merupakan salah satu jawaban kebutuhan pemerintah utk mendukung moda transportasi massal, sekaligus sarana penghemat subsidi bahan bakar minyak. Kita tunggu saja.[-O-]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar