Minggu, 24 Januari 2010

MGR Itu Luar Biasa

Master Guide Reinforcement. Nama itu tentu bukan nama yg asing bagi orang SDA di DKI Jakarta ini, khususnya bagi para pegiat MG seperti saya. Ketika mengenal MGR dan mengetahui kandungan acaranya, ibarat menemukan jodoh, saya langsung terkesan, takjub dan ingin sekali mengikuti acara tersebut. Pasalnya, performance dan komposisi acara yg ditawarkan merupakan impian dan cita-cita yg saya cari selama ini.
Bagaimana bisa hidup di alam liar dgn keterbatasan bekal dan perlengkapan yg saya miliki, bagaimana cara melakukan evakuasi yg baik dan tepat kepada orang yg mengalami kecelakaan dan bagaimana mengalahkan segala ego yg kumiliki, semuanya terhidang di acara MGR itu. Bahkan yg tak kalah pentingnya, sebagai seorang Pemimpin yg Notabene adalah seorang Pelayan, saya harus mampu bekerja di bawah tekanan lingkungan (keadaan), dan harus sabar, rendah hati, dan tidak gampang marah, bahkan harus bisa tetap tenang dan senang menerima semua beban, tugas dan perintah yg diberikan oleh para instruktur MGR itu. Saya sendiri hampir tak percaya dapat melampaui itu semua.
Bayangkan saja, selama tiga hari empat malam, kami, satu Group, hidup berpindah-pindah tempat, sementara persediaan makanan yg diberikan panitia pun pas-pasan. Ketika berpindah, kami berjalan melintasi tanjakan yg tak habis-habisnya, dan tidur berhimpitan di tengah hutan dgn beratapkan bivak. Semua aktifitas itu kami lakukan di bawah siraman hujan. Yang tak kalah seru adalah tatkala bangun tidur, lalu membongkar bivak, masak dan sarapan, kami hanya diberi waktu 30 menit untuk bergabung dengan Group lain. Dan kami harus segera bergeser dari wilayah itu menuju tempat yg lain. Sebagai seorang Master Guide, kami harus survive terhadap semua itu.
Sesungguhnya, kondisi demikianlah yg umat SDA hadapi saat kepicikan Jakub terjadi, saat dimana umat SDA harus lari ke Gunung-gunung dan bertahan hidup di sana.
Meskipun ada rasa kebanggaan sendiri karena dapat melampaui tantangan di MGR, namun itu tidak membuat saya jadi sombong diri, tapi justru sebaliknya, saya menjadi dituntut utk tetap rendah hati dan semakin peduli dgn orang lain. Sebab segala yg saya lampaui itu bukan karena kemampuan saya sendiri, melainkan tak terlepas dari kerja sama yg kami lakukan dgn peserta MGR yg lainnya yg notabene memiliki beragam usia dan karakter. Sungguh suatu pengalaman yg tak terlupakan. Bahkan, pasca MGR tsb, seolah ada kekuatan yg memaksa diri saya untuk merubah tabiat saya, agar lebih menghargai sesama, lingkungan dan waktu. Bahkan saya menjadi tahu diri, bahwa dpt tidur nyenyak dan makan enak adalah suatu nikmat yg tiada tara. Dan saya harus menyukuri itu.[-o-]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar