Pantai Padri malah memiliki daya tarik tersendiri. Pasalnya, di tempat ini pula berdiri Benteng Marlborough, salah satu benteng yg pernah dibangun inggris. Sebagai informasi, benteng tersebut dibangun dalam dua tahap yaitu pd tahun 1713-1719, dan kemudian dilanjutkan pembangunannya oleh Gubernur Jenderal Thomas Raffles dari tahun 1818-1824. Dengan bibir pantai yg panjang, pasir yg lembut, serta nilai histori yg tak ternilai, wajar jika tempat tersebut hingga kini tetap menarik utk dikunjungi.[-O-]
Senin, 30 Agustus 2010
Menanti Matahari Terbit Selepas Sahur
Pantai Padri malah memiliki daya tarik tersendiri. Pasalnya, di tempat ini pula berdiri Benteng Marlborough, salah satu benteng yg pernah dibangun inggris. Sebagai informasi, benteng tersebut dibangun dalam dua tahap yaitu pd tahun 1713-1719, dan kemudian dilanjutkan pembangunannya oleh Gubernur Jenderal Thomas Raffles dari tahun 1818-1824. Dengan bibir pantai yg panjang, pasir yg lembut, serta nilai histori yg tak ternilai, wajar jika tempat tersebut hingga kini tetap menarik utk dikunjungi.[-O-]
Minggu, 29 Agustus 2010
Ratusan Keluarga Kehilangan Rumah Akibat Kebakaran
Ratusan keluarga di pemukiman padat di RT 10 RW Kapuk Muara, Penjaringan, Jakut, Selasa (20/4), sekitar pukul 09.15, terbakar. Belum ada angka pasti dari jumlah rumah semipermanen yg terbakar.Namun, Komandan Pemadam Kebakaran Penjaringan Budi Suharto mengatakan, kawasan yg terbakar seluas 6.000 meter persegi dan jumlah rumah yg terbakar mencapai 400 rumah.
Banyaknya jumlah rumah yg terbakar disebabkan saat kejadian angina berembus kencang. Rumah-rumah yg terbakar juga juga terbuat dari kayu dan tripleks. Letak rumah juga berhimpitan sehingga api dgn mudah menjalar ke sana kemari. Selain itu, petugas pemadam kebakaran sulit mendapatkan sumber air di daerah tsb.
Tdk ada korban jiwa dalam musibah itu. Namun, empat orang terluka saat membantu memadamkan api. Selain itu, ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal. Mereka lalu mengungsi di tanah lapang yg letaknya tdk jauh dari lokasi kebakaran.
Budi mengatakan, pihaknya belum mengetahui penyebab kebakaran. Namun, dikalangan warga terjadi kesimpang-siuran informasi. Beberapa warga mengatakan api disebabkan oleh ledakan tabung gas 3 kg, sedangkan warga lain mengatakan api berasal dari hubungan pendek arus listrik dari sebuah warung.
Besarnya kebakaran itu membuat Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta mengirim 25 unit mobil pemadam kebakaran. Sebanyak 11 unit mobil pemadam didatangi dari suku dinas Kebakaran Jakbar dan dari Jakut dikirim 14 unit mobil pemadam. Dengan banyaknya mobil pemadam kebakaran, api berhasil dikuasai sekitar dua jam kemudian. Namun, api menghanguskan 80 persen dari lokasi pemukiman itu.
Dalam kesibukan warga menyelamati barang-barang miliknya, seorang laki-laki digebuki masa karena diduga akan mengambil barang berharga milik warga. Namun, keributan tsb berhasil dilerai polisi dan laki-laki itu dibawa ke pos Polisi Kapuk Muara. "Dia mencoba mengambil handphone," kata Dedeh (30), salah seorang warga.
Utk sementara warga ditampung di dua tenda besar milik PMI dan enam tenda kecil yg didirikan di tanah lapang itu. Enam tenda kecil itu milik dinas sosial dan kelurahan. "Saya belum tahu setelah ini bagaimana. Malam ini terpaksa tinggal di tenda dulu," kata Mia yg masih menangis.
Saat kejadian, sebagian warga yg berada di lokasi adalah perempuan dan anak-anak. Sementara kaum laki-laki sdh berangkat bekerja. "Suami saya sdh berangkat pagi-pagi. Makanya barang saya banyak yg terbakar karena saya tdk kuat membawa keluar. Kaki juga terasa lemas," kata Mia.
Ketua PMI Jakut Sabri Saiman mengatakan, PMI mendirikan dapur umum dan mengalokasikan sejumlah logistik bahan makanan utk para korban.[-O-]
Target Notebook Toshiba 24 ribu
Sabtu, 28 Agustus 2010
Dunia Mimpi Di Kerinci
Saya dan beberapa kawan mulai mendaki dari Pos Gunung Tujuh sekitar pukul 10.00 WIB awal Mei lalu, dgn ditemani Giyono (37), pengawas hutan dari TNKS. Hingga satu sampai dua kilometer awal, jalan masih landai. Hutan di kiri kanan jalan banyak dirambah menjadi kebun liar.
Makin ke atas, perjalanan makin sulit. Apalagi, kami memang memilih jalur menanjak yg lebih dekat ke danau., dgn kemiringan yg mencapai 50 sampai dgn 70 derajat. Jalan setapak tanah liat itu juga licin. Kami mesti menyelipkan kaki dicelah-celah akar pohon sambil berpegangan pada batang-batang melintang. Tak lama, nafas langsung ngos-ngosan dan lutut pegal. Kamipun kerap berhenti utk beristirahat.
Meski lelah, kami menikmati segala hal yg ada di hutan alami itu. Pohon-pohon besar dan tinggi-sekitar 20-an meter- berdiri gagah. Giyono menyebutkan jenis-jenis pohon itu, seperti, pauh, medang, delam, atau embun. Ada juga bermacam anggrek dgn bunga yg aneh.
Danau
Setelah tiga jam perjalanan, sekitar pukul 13.00, akhirnya kami tiba di danau Gunung Tujuh. Hati serasa melelh saat disuguhi pemandangan menggoda. Perjuangan mendaki tadi langsung seperti terbayar sudah.
Sebuah danau, seluas sekitar 4,5 km x 3 km, terhampar di tengah apitan tujuh puncak gunung. Air danau itu begitu bening. Bebatuan dan akar kayu di dasar danau seperti dalam kaca akuarium. Lalu angin berembus, udarapun segar.
Dari pucuk-pucuk gunung itu muncul kabut bak gumpalan kapas putih, yg kemudian perlahan turun dan mendarat di atas permukaan danau. Danau itu seperti menyatukan dunia bawah dan dunia atas. Sungguh lanscap itu mirip lukisan surealis yg menyeruak dari alam mimpi.
Lalu mimpi itu dipecah oleh sesosok kecil nelayan yg berperahu sampan. Dengan dayung, dia melaju pelan dari tengah danau ke tepian. Sabran (32), begitu namanya, menghampiri kami seraya menyodorkan ikan kecil-kecil yg kering kegosongan. “Ini ikan perih, asli dari danau. Sudah diasapi, jadi siap dimakan,” katanya.
Sayang, kenikmatan itu berangsur surut. Saat hari semakin sore, gerimis mulai menitis. Gunung-gunung dan danau itu tersamar oleh mendung. Kami memutuskan pulang.
Pendung
Esok harinya, kami secara tak sengaja mengunjungi Air Terjun Pendung di desa Semurup, Kecamatan Air Hangat, Kerinci. Lokasinya berada di sebelah kiri jalan raya di pertengahan antara Kota Sungai Penuh ke kebun teh di Kayu Aro. Ini termasuk obyek yg belum populer sehingga jarang dirambah wisatawan.
Untuk menuju ke air terjun itu, pengunjung harus menyusuri kebun, hutan, dan menyeberangi sejumlah sungai. Beruntung, kami diantar rombongan beberapa siswa yg tengah berlibur. Di antara lintasan sungai-sungai, kami menelusuri jalan setapak tanah liat yg berlumpur, menyelinap di balik pepohonan, atau menyibak rerimbunan semak belukar. Kadang, kami harus melepas sendal atau sepatu agar agar lebih mudah berjalan.
Jalur ini masih sulit dilalui karena hanya sesekali digunakan. ”Pengunjungnya orang-orang di sekitar sini saja,” kata Ziki (13) salah satu anak pengantar kami.
Sekitar satu jam perjalanan, pada ujung sungai Pendung, kami dikejutkan oleh pemandangan tak terduga. Sebuah ngarai atau lereng menjulang tinggi di atas sungai. Dari atas ngarai, muncul air bertumpahan dalam butiran besar dan kecil.
Air terjun itu diapit dinding batu yg berlekak-lekuk dan dipenuhi lumut, semak, atau suplir. Secercah sinar matahari dari atas ngarai itu menerobos masuk ke dalam jurang hingga menembus air sungai yg bening. Paduan antara ngarai, air terjun, sungai, dan terobosan sinar matahari tadi menciptakan suasana dramatis.
Tiba-tiba turun hujan. ”Kalau hujan begini, kita harus cepat kembali, karena sungai bisa tiba-tiba pasang,” kata Refo (12), salah satu rombongan anak. Kamipun terpaksa bergerak pulang.
Kawasan Kerinci, yg berada di perbatasan antara Jambi dan Sumatera Barat, memang menawarkan banyak pesona alam. Danau Gunung Tujuh dan Air Terjun Pendung termasuk yg menanamkan kesan mendalam. Meski sudah kembali ke Jakarta, pengalaman mengunjungi dua tempat itu kami simpan sebagai mimpi indah yg enggan kami lepaskan.[-O-]
Jumat, 27 Agustus 2010
Ibu Bunuh Anak Kandungnya
Kamis, 26 Agustus 2010
Aksi Mengubur Tubuh
Dapat Pengganti.
Sabtu, 21 Agustus 2010
Di Negeri Sejuta Pesona
Kesibukan kota masa kini memang semakin menjauhkan ikatan saudara. Ya, karena tinggal berjauhan, suatu keluarga cenderung menghabiskan waktu libur di mal terdekat masing-masing. Tanpa disadari, hal ini membuat kita tak mengenal lg wajah keponakan, sepupu, atau paman-bibi.
Berlibur bersama adalah salah satu cara indah utk menyatukan kembali para saudara yg berjauhan. Berikut, beberapa kiat dalam merencanakan liburan keluarga anda.
1. Terjangkau semua keluarga
Kemampuan ekonomi masing-masing keluarga tentu berbeda-beda. Jadi sebaiknya carilah tempat yg terjangkau oleh semua pihak. Thailand misalnya, memiliki berbagai pilihan akomodasi yg dpt cocok dgn segala anggaran.
2. Manfaatkan "skala ekonomi"
Membeli tiket atau paket tur utk 1 orang tentu berbeda dgn paket utk 4 orang, apalagi 10 orang lebih. Semakin banyak anggota keluarga yg ikut, semakin besar. Semakin banyak anggota keluarga yg ikut, semakin besar diskon dan keistimewaan yg bisa anda dapatkan. Bahkan, alokasi bagasi anak-anak dapat anda manfaatkan utk tambahan oleh-oleh.
3. Gunakan "private tour"
Jika pergi dgn rombongan, anda dpt meminta agen perjalanan utk mengaturkan van khusus bagi keluarga. Jadi, tdk ada orang lain dalam rombongan anda, sehingga acara semakin asyik dan intim. Anak-anakpun dpt lebih menikmati karena anda dpt mengatur jadwal berangkat, istirahat, dan pulang yg cocok bagi si kecil.
4. Puaskan Semua Peserta
Di titik ini, perdebatan pasti semakin seru. Ayah yg penggemar foto ingin menelusuri tempat eksotis, kakek suka sejarah dan kuliner, sedangkan kakak ingin kembali ke alam. Di lain pihak, nenek ingin berbelanja barang bermerek, ibu ingin berbelanja murah meriah, sedangkan bibi ingin membeli barang dagangan utk dijual kembali di toko.
Tak perlu bingung, di Thailand ada 101 pilihan acara yg dpt anda pilih. Mulai dari istana bersejarah seperti Grand Palace dan Ananta Samakhon, kuil-kuil Budha yg luar biasa seperti Wat Pho dan Wat Traimit, sampai pertunjukan megah Siam Niramit dan Phuket Fantasea.
Untuk berbelanja, barang bermerek tersedia lengkap di Siam Paragon, aneka mode dan pernak-pernik di Platinum Mall, MBK, dan Suan Lum, sedangkan segala barang lainnya ada di pasar raksasa Chatuchak. Utk anak-anak, kota salju dan bioskop 4D pasti seru di Dream World, atau terbang layang dan bermain pasir di Coral Island, Pattaya. Bahkan, berkeliling kota dgn Skytrain dan berperahu melintasi Chao Phraya juga sangat berkesan bagi mereka.
Untuk urusan wisata kuliner, Thailand memang surganya citarasa. Cukup datangi Foodcourt di setiap mal, anda dpt mencicipi aneka hidang lokal dan internasional , termasuk masakan halal dan seafood yg menjadi andalan negri ini.
Satu restoran buffet yg juga terkenal adalah Ramayana, yg berlokasi di King's Power Complex, an menyajikan segala jenis cita rasa. Sebagai acara bersama seluruh keluarga, Dinner Cruiser dpt menjadi penutup manis reuni anda.
5. Atur Waktu Bebas
Di waktu bebas ini, anda dpt mengambil one day trip ke Pattaya misalnya, utk kembali ke alam dgn terbang melayang di atas hutan di Fying Gibbons. Atau berkeliling kota sendiri dgn menggunakan kombinasi MRT (kereta bawah tanah), skytrain, dan perahu yg menjangkau hampir semua tempat wisata populer. Bagi yg sdh lelah, andapun dpt memanfaatkan waktu dgn menikmati Thai Massage di spa ternama Thailand seperti Let's Relax.
Berlibur memang dapat mempererat hubungan persaudaraan. Mereka yg tak kenal saja bisa jadi kenal. Apalagi bagi anda yg berencana pergi berwisata dgn keluarga besar. Jadi, sampai jumpa di negri sejuta pesona, Thailand! [-O-]
Rabu, 18 Agustus 2010
Mari Tersenyum
Sekarang memang saatnya menentukan sikap dan tindakan. Inginkah kita terus meratap, menyalak dan meraung? Seorang teman, dalam keadaan negara yg galau ini malah mengirimkan pesan teks ke saya, "Enjoy your moments of truth".
Kalimat sederhana itu seketika membuat saya tergugah. Bukankah kita masih bisa mensyukuri banyak hal, mengupayakan banyak hal, mempertimbangkan pelanggan yg menunggu servis kita, memuaskan stakeholders kita, membangun generasi muda kita, melakukan coaching, dan begitu banyak pe-er di depan mata yg tidak bisa kita hindari? Kitapun bisa bertanya sendiri. "Apa yg bisa kita dapatkan dgn bersungut-sungut?". "Apa dampaknya kalau kita terus meratap dan meraung?" Sadarkah kita bahwa emosi menular dan anak buah atau bawahan bisa jadi ketularan turun semangat?"
Seorang atasan atau pemimpin yg baik, perlu memiliki kemampuan menghidupkan semangat tim dan bawahannya dalam keadaan sekritis dan segalau apapun. Ingat bahwa emosi orang di sekitar kita adalah tanggung jawab kita juga.
INVESTASI EMOSI
Dalam menyelesaikan pekerjaan, kita memang harus fokus pada tugas dan hasil kerjanya. Sangat wajar bila kita kemudian mengabaikan emosi individu. Ada manajer yg berkomentar, "Terlalu mewah untuk mempedulikan emosi anak buah di masa-masa sulit begini. Yg siap ikut, ya, ikut. Yg tdk bersedia, kita tinggal sajalah!" Padahal bila dipikir-pikir, ada dua hal yg perlu kita pertimbangkan. Pertama, kita tdk pernah bisa mengingkari bahwa individu yg bagus adalah asset. Hanya dalam keadaan emosi yg stabillah ia bisa berkinerja dobel. Hal kedua adalah, sebagai pemimpin, kita tentunya tdk ingin mentalitas dan emosionalitas anak buah merosot, bukan? Sebab itu berarti spirit dan energi dalam lingkungan kerja, cepat atau lambat akan terpengaruh ke arah yg negatif juga. Kalau sdh sampai di titik yg terendah akan sulit sekali utk mengangkatnya kembali. Suasana emosi kelompok yg sdh terlanjur skeptis dan pesimis bahkan bisa jadi tidak diperbaiki dgn uang.
Dalam keadaan terpuruk dimana reward finansial sulit disediakan, kita justru perlu melipatgandakan investasi emosi yg bahkan bisa tdk makan biaya sama sekali. Spiritnya adalah mengembangkan hubungan manajemen-karyawan, atasan-bawahan, antar tim dan divisi yg berkualitas dan positif.
Kita tentu bisa merasakan bahwa investasi emosi akan memperbaiki hubungan, meningkatkan dukungan, juga mengembangkan rasa percaya. Keadaan emosi yg positif ini sulit sekali dibentuk secara instan. Bagaimana investasi emosi ini ditumbuhkan? Ia datang sbg hasil apresiasi, sambung rasa, perasaan didengarkan, dilibatkan, diperhitungkan, dan juga kebebasan berpikir dan bertindak. Emosi positif yg terpancar akan menjadi penyejuk dan penyemangat. Kemampuan tim utk menyelesaikan masalah, mengambil keputusan pun otomatis jauh lebih baik, karena mempertimbangkan "concern" yg bisa menjadi dukungan satu sama lain.
KECERIAAN " Pembangkit Energi
Seorang eksekutif kenalan saya sering menggunakan istilah "holding hands" dalam upayanya menjadi energi bagi rekan-rekan kerjanya. "Dalam krisis begini, tdk ada yg bisa menjamin job security. Satu-satunya cara agar teman-teman yg masih ada dalam tim tetap berupaya dan bekinerja adalah rasa kebersamaan dan keyakinan utk berbagi susah dan senang."Sebagai pemimpin, kita tentu tdk boleh lupa, bahwa kitalah yg punya tugas utk menjadi penyemangat, penggerak, pendorong atau "cheer leaders". Mau tidak mau, pemimpin adalah pusat emosi kelompok. Sikap gloomy atau cemberut berlarut-larut yg kita tampilkan, pastilah tidak akan bisa mengangkat emosi dan energi orang di sekitar kita. Hanya dgn menularkan kesceriaan, asa keterpurukan bisa kita angkat.
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Dalam satu acara diskusi dgn sekelompok pemimpin satuan kerja, seorang peserta berkomentar mengenai visinya untuk mengembangkan manusia, "Saya ingin mengajak anak buah saya, melihat titik terang di kejauhan, dari lorong yg gelap."
Ungkapan ini spontan mengundang tepuk tangan teman-teman peserta diskusi. Sungguh sesuatu yg menyegarkan. Kita tahu bekerja keras, menyelesaikan proyek, mengabdi, berjuang, bisa menjadi kegiatan yg berat dan sekaligus fun. Kita bisa berpikir kreatif bagaimana membuatnya fun.
Dalam situasi sulit, hanya orang-orang yg fanatik dan antusias mengenai kehidupanlah yg masih bisa mengajak lingkungan sekitarnya tersenyum., bagaimanapun keadaan emosi dirinya. Orang-orang seperti ini pasti meyakini bahwa "good things do happen". Tersenyumlah karena ia membawa aura positif.[-O-]
Senin, 16 Agustus 2010
Waktu Tempuh Kini Semakin Lama
Matahari masih tertutup mendung di Pamulang, Tangerang Selatan, saat Sofyan mengeluarkan sepeda motornya. Senin (19/7) pagi itu Sofyan berangkat pukul 06.30 atau satu jam lebih pagi dibanding tiga tahun lalu, saat dirinya pindah ke pinggiran luar
Laju sepeda motornya lancar pd kilometer pertama. Namun, laju pekerja kantoran di jalan Sudirman itu mulai tersendat kemecatan saat melintasi Situ Sasak Tinggi.
Meskipun sepeda motornya ramping dan lincah, Sofyan tetap harus melaju perlahan sampai ke jembatan layang Pasar Ciputat agar tdk tertabrak kendaraan dari arah sebaliknya.
Keberadaan jembatan layang di depan pasar Ciputat, yg dulu terkenal sbg biang macat, ini hanya sedikit memperlancar arus lalu lintas. Perilaku angkutan umum yg berhenti di ujung jalan naik dan di ujung jalan turun jembatan layang membuat kemacetan mengular pd pagi hari.
Kemacetan diperparah oleh putaran mobil, mahasiswa yg menyeberang, dan angkutan umum yg berhenti sembarangan di depan kampus UIN Syarif Hidayatullah.
Kemacetan berulang lg di perempatan pasar Jumat, perempatan pondok Pinang, dan yg paling parah di sepanjang Jalan Pondok Indah Raya sampai perempatan Cendrawasih ke arah Kebayoran Lama. Hambatan satu lampu lalu lintas dan satu putaran jalan dpt menyebabkan antrean kendaraan sepanjang lebih dari 1 km.
Hambatan-hambatan semacam itu terus terjadi di jalan Arteri Permata Hijau, Jalan Pejompongan, Jalan Mas Mansyur, sampai ke Jalan Sudirman.
"Tiga tahun lalu, saya hanya perlu satu setengah jam untuk berangkat ke kantor yg berjarak 28 km. Kini saya butuh dua sampai dua setengah jam. Jalan semakin padat dan kendaraan semakin banyak," kata Sofyan.
Sembilan Titik Macet
Kemacetan parah juga terjadi setiap hari di jalur Cakung-Pulo Gadung. dari pengamatan wartawan, terdapat sedikitnya sembilan lokasi macet di ruas itu.
Waktu Tempuh Kini Semakin Lama
Titik kemacetan itu adalah di jembatan Kanal Timur, Ujung Menteng, Buaran, di depan kantor Polsek Cakung, dan akses gerbang Tol Cakung.
Simpul kemacetan lainnya menjelang Halte Pupar, Kawasan Industri Pulo Gadung, persimpangan Klender Rawaterate, dan di depan Pasar Cakung. Kemacetan paling parah terjadi di akses keluar dan masuk Terminal Bus Pulo Gadung, Jalan Bekasi Raya Km 20.
Pd pagi hari kendaraan besar, mobil, dan sepeda motor menyemut dari arah Timur menuju Barat. Di ruas jalan menjelang arah Gerbang Tol Cakung, pengguna sepeda motor dari arah timur nekat melawan arus dgn melintas di sisi jalur yg berlawanan arah.
Untuk menempuh jarak sekitar 7 km mulai dari jembatan Kanal Timur, Ujung Menteng, Cakung, sampai Terminal Pulo Gadung dgn sepeda motor diperlukan waktu 35 menit. Padahal, tiga tahun lalu waktu tempuhnya hanya selama 20 menit.
Kemacetan parah juga terjadi pd ruas jalan Kota Tangerang sampai Grogol. Proses pembetonan di perempatan Cengkareng dan perempatan Tubagus Angke yg memakan separuh badan jalan menyebabkan laju kenderaan sangat tersendat.
Selain itu, lampu lalu lintas di berbagai persimpangan utama juga tidak berfungsi dan tdk ada petugas yg mengatur lalu lintas, kecuali di persimpangan Green Garden. Hampir di semua perempatan terjadi kemacetan karena semua kendaraan saling mengunci.
Banyaknya sepeda motor dan angkutan pelat hitam atau omprengan yg sering berhenti di sembarang tempat juga memperparah kemacetan.
Gejala Macet Total
Pengamat transportasi Fransiskus Trisbiantara mengatakan, semakin lamanya waktu tempuh karena berbagai hambatan lalu lintas merupakan gejala kemacetan total di Jakarta.
Data Dinas Perhubungan DKI menunjukkan, setiap hari jumlah mobil bertambah 186 unit dan sepeda motor bertambah 986 unit. Pertambahan kendaraan rata-rata 8 persen per tahun dan pertambahan luas jalan hanya 0,01 persen per tahun.
Di sisi lain, total luas jalan mencapai 40,1 km persegi serta luas jalan protokol dan kolektor 16,04 km persegi. Sedangkan total luas utk 2,4 juta mobil, 4,3 juta sepeda motor, 91.082 angkutan umum di Jakarta, dan 700.000 kendaraan dari pinggiran yg masuk ke Jakarta mencapai 13 km persegi.
Dengan kondisi yg ada, Trisbiantara memprediksi, kemacetan total bakal terjadi pd 2012 atau pd tahun yg sama dgn pemilihan Gubernur DKI Jakarta, bukan 2015 seperti yg diperkirakan sebelumnya.
"Jika Gubernur Fauzi Bowo ingin terpilih lagi, penambahan bus transjakarta secara drastis dan perluasan jaringan sampai 15 koridor mutlak diperlukan. Setelah itu, mulai pembatasan penggunaan kendaraan pribadi," kata Trisbiantara.
Bus Transjakarta menjadi harapan utk mengatasi kemacetan dua tahun mendatang. Penambahan badan jalan secara drastis atau percepatan pembangunan mass rapid transit tdk mungkin dilakukan dalam dua tahun. Sementara Jakarta belum punya disain solusi utk menghadapi ancaman kemacetan total.[-O-]
Minggu, 15 Agustus 2010
Duh, Begonya!
LIBURAN akhir tahun lalu kulewatkan di kampong halaman tercinta, Semarang. Tak terasa hari demi hari berlalu dgn cepat, hingga tiba saatnya bagiku utk kembali ke Jakarta. Sehari sebelum keberangkatan aku sudah mempersiapkan segalanya, mulai dari tiket kereta hingga barang-barang bawaanku. Tapi entah kenapa menjelang malam hari aku tidak bisa tidur dgn nyenyak, perasaan gelisah menyelimutiku. Mungkin, karena keesokan harinya aku kudu berangkat pagi-pagi buta. Maklum, jadwal keberangkatan keretaku jam 05.00 pagi.
Selang beberapa waktu aku dikejutkan oleh suara dari jam weker yg berdering, kulihat jam sdh menunjukkan jam 04.00 pagi, walau mata masih terasa berat utk dibuka tapi kupaksakan juga utk mandi dan bersiap-siap pergi ke stasiun Tawang.
Setelah tiba di stasiun dan melewati pemeriksaan karcis aku langsung bergegas naik ke kereta tapi berhubung di dalamnya terdapat pintu penutup maka tanpa pikir panjang segera kutekan tombol yg ada di samping pintu tsb. Kutunggu-tunggu namun pintu tak kunjung terbuka, diriku mulai bertanya-tanya, ”Ada apa gerangan dgn pintu ini?
Tiba-tiba aku mendengar suara orang menegurku. ”Mau kemana mas?”, katanya. Ups, aku baru sadar ternyata tombol yg sedari tadi kutekan bukannya rusak. Pasalnya, pintu itu ternyata sdh terbuka hingga tombol itu tidak berfungsi. Buat menghindari rasa malu, aku berpura-pura tanya, ”ini betul gerbong 3 ya?” sambil ngeloyor masuk mencari tempat duduk.[-O-]
Sabtu, 14 Agustus 2010
Kebakaran Usai, Longsor Mengintai
Gunung Arjuno
Rabu, 11 Agustus 2010
Senyum Martin di Tengah Kemacetan Jakarta
Lima hari terakhir, pemandangan kontras terlihat di Jakarta. Sterilisasi menyebabkan jalur Bus Transjakarta bebas hambatan, tetapi pengguna jalur reguler dipaksa terbebat kemacetan yg membuat frustasi.
Kamis (5/8) pagi, Martin yg biasanya menyetir mobil menuju jalan Jendral Sudirman justru mengarah ke Barat menuju Ragunan. Warga Jagakarsa, Jaksel itu, ingin membuktikan tentang berita laju bus Transjakarta yg lebih cepat dari pada biasanya.
Mobilnya diparkir di dekat kebun Binatang Ragunan dan Martin berjalan ke arah halte bus Transjakarta di Terminal Ragunan, ujung Koridor VI Ragunan-Dukuh Atas. Uang pembayar tiket tersedia di sakunya dan dompet masuk ke tas utk menghindari copet.
”Saya ingin mencoba angkutan massal yg katanya sdh lebih cepat karena sterilisasi ini. Saya sdh bosan terjebak kemacetan dan harus membayar Joki saat menuju ke jalan Sudirman,” kata Martin yg menjadi asisten manajer perusahaan yg berkantor di Chase Plaza.
Hanya menunggu sepuluh menit, Martin sdh memasuki bus dan terpaksa berdiri karena tdk kebagian tempat duduk. Sepanjang jalan Martin terus tersenyum saat melihat ratusan kenderaan terjebak macet di Jakarta Mampang Prapatan.
Banyaknya persimpangan jalan, padatnya kendaraan pribadi, dan tidak teraturnya kendaraan umum yg sering berhenti di sembarang tempat membuat jalan itu tidak lepas dirundung macet. Namun bus transjakarta dpt melaju kencang karena semua celah bagi kendaraan pribadi utk menerobos dijaga polisi, petugas dinas perhubungan, dan satpol PP.
Senyum Martin makin mengembang saat melihat jam tangannya. Perjalanan Ragunan ke Dukuh atas hanya butuh waktu 50 menit. Jauh lebih cepat dari pada perjalanan dgn mobil yg membutuhkan waktu sampai lebih dari dua jam.
Menurut perhitungan BLU Transjakarta, sterilisasi membuat waktu tempuh bus Transjakarta meningkat pesat dari rata-rata 85 menit menjadi 50 menit dari Ragunan ke Dukuh Atas dan sebaliknya.
Bus Transjakarta yg melayani rute Ragunan-Kuningan bersama tiga koridor lain, yaitu Kalideres- Pasar Baru, Kampung Melayu-Ancol dan Blok M-Kota, memang menjadi sasaran utama kebijakan sterilisasi. Kebijakan ini ditelurkan Pemprov DKI Jakarta dgn harapan mampu mengurai kemacetan parah yg selalu terjadi di Jakarta.
Fasilitas Minim
Namun, selain keempat Koridor itu, kondisi yg menyiksa dirasakan baik oleh pengguna jalur reguler maupun pengguna kendaraan pribadi. Bus Transjakarta di Koridor VIII Lebak Bulus-Harmoni, misalnya, selalu terjebak kemacetan. Mulai dari pagi sampai malam, jalur khusus bus yg diberi karpet merah dan tdk memiliki pemisah jalan itu tidak pernah berhenti diterobos kendaraan pribadi.
Sebagai angkutan massal yg diharapkan dpt melaju cepat, bus Transjakarta Koridor VIII justru melaju sama lambatnya dgn kendaraan pribadi. Karena tdk menjadi bagian dalam program sterilisasi, jalur bus Transjakarta hanya dijaga sedikit petugas di jalan Sultan Iskandar Muda.
Polisi yg sering menilang penerobos jalur bus transjakarta juga jarang terlihat beroperasi di Koridor VIII. Koridor ini bagaikan anak tiri BLU Transjakarta karena jumlah busnya terbatas dan jalurnya paling banyak diterobos oleh kendaraan pribadi.
Keruwetan di jalur reguler juga terlihat di jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. Pengguna sepeda motor yg tergencet kemacetan nekat menggunakan jalur pedestrian yg ada di sisi jalan. "Kalau jalannya enggak macet, ya enggak lewat sini," katanya.
Fasilitas Park and ride yg seharusnya ada utk memudahkan pengguna bus transjakarta pun ternyata belum memadai. Di terminal Kalideres, lokasi park and ride berada di bagian belakang terminal dan tertutup bus-bus antar kota antar provinsi yg perkir. Tdk ada plang besar atau papan petunjuk arah utk memberi tahu adanya park and ride dan mengundang masyarakat memanfaatkan sarana tsb.
Lahan park and ride di sebelah Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, tampak merana dan sepi pengguna. Selain tak dilengkapi dgn papan petunjuk, bentuk lahanpun menyulitkan kendaraan yg hendak masuk ke sana dan rawan banjir. Pintu masuk kendaraan ke lahan itu terlalu sempit dgn belokan terlalu tajam. Lahan rawan banjir karena dibuat lebih rendah dari dataran sekelilingnya.
Hanya di Ragunan, fasilitas park and ride berfungsi optimal. Lebih dari kendaraan, mobil atau spd motor tertampung di sini. Selain masalah fasilitas, keberadaan bus transjakarta yg belum menjangkau seluruh wilayah kota dan belum terinterigasi dgn moda transportasi lain menyebabkan warga enggan menggunakannya.
Wijaya (22), warga Tanah abang yg bekerja di kawasan Gajahmada, Jakpus, dan Anwar (26), warga kampung Lebak Pasir, Pejaten, Jaksel, yg bekerja di karet, Jakpus, mengatakan, dari rumah ke tempat kerja, mereka setidaknya butuh tiga kali ganti angkutan umum. Kalau pakai angkutan umum, Anwar harus mengeluarkan uang Rp.7.500-Rp9.000 sekali jalan. Sementara dgn Rp.9.000 itu, ia bisa membeli bensin dan memakai sepeda motornya pergi pulang kerja selama dua hari.
Tidak Sempurna
Penerapan sterilisasi jalur khusus bus transjakarta, menurut pengamat perkotaan Yayat Supriyatna, memang sebuah kebijakan tak sempurna. Kebijakan yg muncul akibat tekanan dan tdk didukung kebijakan lain yg menunjang. Akibatnya, muncul kesenjangan tajam di jalanan.
Namun, masih ada waktu utk memperbaikinya. Pemprov DKI diminta segera melengkapi fasilitas yg dibutuhkan. Sementara pemerintah pusat wajib mendukung dgn mempermudah upaya integrasi dgn moda transportasi lain, seperti kereta api, dan secara bersama menata sistem transportasi Jabodetabek.[-O-]
Mengembalikan Kenangan Indah Kandangan
Mengembalikan Kenangan Indah Kandangan
Pikiran Jamiati (45) kembali ke tahun 1990. Masa-masa kelam saat ia tak bisa lagi bekerja di Perusahaan Perkebunan Kandangan, bekas perkebunan kopi peninggalan Belanda, di Kare, Madiun, Jawa Timur.
Warga Suweru, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun itu, bercerita, tahun 1990 adalah titik awal kehancuran perkebunan kopi seluas 2.500 hektar di Kandangan.
Produksi kopi 800 ton per tahun dan pernah diekspor ke Eropa tdk jalan karena produksi pun menurun. Ini terjadi karena ketika manajemen perusahaan yg dipimpin Hutama Sugandi terbelit hutang.
Imbas krisis tsb, biaya operasional berkurang, tanaman jadi tak terawat, dan jumlah karyawan berangsur dipangkas, dari sebelumnya 1.000 orang menjadi 300 orang tahun 2000. Salaah satu korbannya, ya, Jamiati sendiri.
Padahal, sdh sejak tahun 1984 Jamiati bekerja di situ. Meskipun penghasilannya tdk besar, Rp.2.000 per hari, penghasilan itu teramat penting karena jadi tambahan penghasilan, selain hasil tani dari lahan berbukit seluas setengah hektar yg bisa ditanami saat musim hujan.
Namun, saat tambahan penghasilan itu hilang, anak satu-satunya akan lulus dr SMP, dan itu berarti butuh biaya tamabhan. "Namun, karena uang yg dibutuhkan tidak ada, anak saya terpaksa tdk melanjutkan sekolah. Ia lalu bekerja sbg buruh tani utk membantu keluarga," katanya.
Sekarang, 19 tahun setelah perubahan itu dialaminya, kehidupan Jamiati tidak berubah, bahkan bisa dikatakan lebih sulit karena anaknya yg hanya lulusan SMP lebih banyak menganggur saja.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka masih menggaantungkan pd lahan seluas o,5 hektar yg hanya bisa ditanami kacang saat musim hujan. Penghasilan dari kacang minimal Rp. 4 juta setahun. Artinya, setiap bulan hanya Rp.300.000, atau separuh dari upah minimum kabupaten (UMK) Kabupaten Madiun. "Setiap kali minta pekerjaan agar bisa mendapat penghasilan tambahan, pihak perkebunan selalu bilang tdk ada kerjaan," kata Jamiati.
Hartini, warga Suweru lain, juga pernah bekerja di perkebunan. "Sekarang mencari pekerjaan di sini semakin sulit. Kami memimpikan perkebunan itu hidup lagi."
Mimpi akan perubahan itu sempat muncul setelah kepemilikan perkebunan yg sudah ada sejak 1911 itu beralih ke tangan Siani, tahun 2000. Ternyata, yg terjadi malah sebaliknya. Kondisi semakin parah.
Sekitar tahun 2003, tiga bulan gaji karyawan plus tunjangan hari raya lebaran tdk dibayar perusahaan. Utk membayar gaji karyawan, aset perusahaan pun dijual, salah satunya mesin pengolah kopi. Begitu juga pohon-pohon Mahoni di perkebunan, yg ikut dijual. "Saat itu kondisinya 80 persen tanaman rusak. Tdk hanya kopi yg rusak, tanaman karet, cengkeh, dan kina juga rusak," kaata Yudi Prasetyo Utomo, administrator PT Perusahaan Perkebunan Kandangan.
Selang enam tahun sejak Siani menjadi pemilik Kandangan, harapan perubahan itu kembali muncul. Tahun 2006, kepemilikan beralih lagi kepada Heri Susanto Alamsyah setelah Heri membeli perusahaan dari tangan Siani plus melunasi hutang perusahaan. Total dana yg dikeluarkan, menurut Yudi, mencapai Rp. 41 Miliar.
Sejak itulah tanaman-tanaman di perkebunan, yaitu kopi,cengkeh, karet, dan kina dirawat kembali. Tahun 2009 hasilnya sdh terlihat. Sebagai contoh, produksi kopi di lahan seluas 500 hektar sudah 100 ton per tahun atau meningkat dua kali lipat dibandingkan dgn tahun 2006. Peningkatan produksi berdampak terhadap peningkatan pendapatan perusahaan. Dibandingkan dgn tahun 2006, saat ini pendapatan perusahaan meningkat 50 persen, dari sebelumnya Rp. 3 Miliar menjadi Rp. 4,5 Miliar.
Membaiknya keuangan perusahaan ini selalu berimbas pd bertambahnya pegawai yg direkrut. Dari sebelumnya hanya tersisa sekitar 300 orang, sekarang menjadi 600 orang.
Namun, pendapatan yg meningkat dan jumlah pegawai yg bertambah, menurut Yudi, hanya cukup utk menutupi operasional perusahaan. Karena itu, selain merawat, memperluas, dan memaksimalkan produksi, pengelola juga berencana membuat perkebunan menjadi lokasi agrowisata.
Penginapan, gedung pertemuan, dan restoran pun dibangun. Jalan menuju lokasi, yg sebelumnya sempit dan terbuat dari bebatuan, sekarang telah dilapisi beton dan memiliki lebar sekitar 5 meter. Rencananya akan dibangun pula sarana bermain anak-anak, sarana olah raga kolam renang, dan landasan helikopter. Semua fasilitas ini ditargetkan akan tuntas pembangunannya tahun 2003. "Upaya-upaya ini utk mengembalikan kenangan indah masa lalu," ujar Yudi.
Namun, utk mengembalikan kejayaan Kandangan, hal itu bukan perkara mudah. Selain mesin pengolah kopi dan karet rusak, pembangunan utk mewujudkan sebuah agrowisata disebut-sebut melanggar ijin dan mengancam keseimbangan lingkungan.
Terkait perizinan, dalam diktum keempat Keputusan Mendagri Nomor 19/HGU//DA/88 tentang pemberian Hak Guna Usaha atas nama PT Perusahaan Perkebunan Kandangan disebutkan, perkebunan hanya utk perkebunan cengkeh, kopi, karet, dan sereh.
Pembangunan agrowisata juga dikhawatirkan berdampak buruk terhadap keseimbangan lingkungan. Pasalnya, perkebunan berada di lereng Gunung Wilis yg menjadi kawasan tangkapan air dan tempat banyak sumber air berada. Air ini digunakan tidak hanya utk warga Kare, tapi juga utk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Madiun dan PLTA Giringan di Kare.
Ketua DPRD Kabupaten Madiun Tomo Budiharsojo meminta pembangunan agrowisata itu dikaji lg dgn pemerintah. Direktur PDAM Kabupaten Madiun Subiantoro belum mengetahui rencana penggunaan sumber air di Kare utk menyokong agrowisata. Namun, Yudi membantah telah melanggar izin hak guna usaha dan mengambil air dari sumber air PDAM.
Ia telah memiliki izin mendirikan bangunan sebelum bangunan penginapan dibuat. "Kami memanfaatkan air dari sumber air di areal perkebunan. Jadi tdk akan berpengaruh terhadap debit air PDAM, dan PLTA," kata Yudi.[-O-]
Rabu, 04 Agustus 2010
Ke Ujung Timur Indones!a
BICARA soal provinsi yg terletak di ujung Timur Indonesia, biasanya tak bisa lepas dari keberagaman etnik yg ada di sana. Suku Asmat, suku Dani, suku Agast, adalah beberapa nama yg identik utk menyebutkan provinsi itu.
Hingga kini, modernisasi yg berkejaran cepat di berbagai wilayah barat pun belum benar-benar mampu merambah ke beberapa wilayah di Papua yg dulunya bernama Irian Jaya itu. Keaslian adat dan budayanya masih terjaga, yg justru menjadi pesona dan daya tarik Papua secara keseluruhan.
Tengok saja misalnya saat dilangsungkannya Lembah Baliem. Festival yg dilaksanakan oleh suku-suku di Wamena utk merayakan hari besar nasional 17 Agustus itu mampu menyedot wisatawan asing maupun domestik tiap tahunnya.
Dalam festival ini diperlihatkan peragaan perang antar suku yg dilakukan di padang rumput, yg merupakan salah satu bagian dari kehidupan suku-suku di sana sejak dulu kala. Peragaan perang itu dilakukan lengkap dgn saling melempar tombak ataupun panah, hanya saja kali ini semua sdh ada skenarionya.
Rumah-rumah tradisional yg disebut Honai juga masih banyak dijumpai, yg bisa menjadi salah satu cara utk mengenali kehidupan sehari-hari mereka. Rumah ini berbentuk bulat dan beratap ilalang, yg dindingnya terbuat dari kayu tanpa jendela.
Tdk sedikit pula yg penasaran utk melihat mummy dari Papua. Hal ini bisa dilihat antara lain di Aikama yg berjarak sekitar 8 km dari Wamena, di Jiwika yg 15,5 km dari Waimena, dan mummy Pumo yg berada di Pumo/ wogi di Asologaima sekitar 32,6 km dari Wamena. Jenazah yg diawetkan dgn ramuan tradisional ini pun bernilai tinggi karena berasal dari kepala suku atau pemimpin perang.
Tentu saj, provinsi ini juga menyimpan kekayaan yg tak kalah cantik dgn wilayah pemekarannya Papua Barat. Ia punya Danau Sentani yg terletak 75 meter di atas permukaan laut dgn luas 9.360 ha. Danau itu dikelilingi perkampungan dan perumahan penduduk asli yg juga bisa ditemui di pulau-pulau di tengah danau, yg umumnya berbentuk rumah panggung.
Masih banyak lg yg bisa dikupas di dalamnya dgn potensi wisata Papua yg begitu unik dan menarik. Melihat kembali ke dalam, Indonesia tak kalah cantik dgn negara lain.[-O-]
Selasa, 03 Agustus 2010
Bersiap Menuju 2010
Minggu, 01 Agustus 2010
Bangsa Nasi Aking
Ungkapan sdh merdeka kok masih makan gaplek menunjukkan nasi mempunyai status tinggi. Di zaman kolonial Belanda, nasi berasosiasi dgn status. Di kalangan orang Jawa ada kata-kata Londo wae doyan sego (Belanda saja doyan nasi), betapa pemerintah kolonial menjunjung tinggi harkat nasi. Bila mendengar kata nasi, asosiasinya langsung ke beras, dan itu berasal dari padi. Seolah belum makan bila belum menyantap nasi.
Kini, nasi bahkan menjadi status politik. Bagi pemerintah orde baru, dari Sabang sampai Merauke kalau belum semua rakyat makan nasi, politik belum bisa disebut stabil. Jika pemerintah tidak bisa menjamin pengadaan beras yg murah, tersedia setiap saat, dan dimana saja, pasti dicap sbg pemerintah yg gagal.
Nasi aking adalah nasi daur ulang, yaitu nasi basi/sisa yg dicuci dan ditiriskan, dikeringkan lalu dimasak kembali. Karena dari nasi daur ulang, kita bisa menakar betapa minimnya gizi dan nutrisi yg terkandung di dalamnya. Segera muncul bayangan buruk ; rakyat, cepat atau lambat, akan mengalami krisis gizi, kurang gizi, bahkan busung lapar.
Jika ini berlanjut dlm tempo panjang, hal burukpun tak terhindarkan. Negri ini akan kehilangan generasi yg sehat dan cerdas. Sebaliknya, yg tercipta adalah genrasi ekil dan kerdil. Bahkan, negeri ini berpotensi kehilangan satu generasi.
Krisis beras, tanpa kita sadari, ternyata mendorong lahirnya bencana sosial dan budaya yg serius. Bagaiman mungkin "bangsa nasi aking" bisa bersaing dgn bangsa lain? Bagaimana mungking "generasi nasi aking" bisa kreatif dan pengemban tampuk kepemimpinan yg membawa negri ini ke posisi terhormat di antara bangsa-bangsa di dunia.
Sebagai proses belajar yg tak pernah usai, kebudayaan membutuhkan dukungan banyak faktor. Antara lain, kecukupan gizi para pelakunya. Salah satu hal penting dalam kebudayaan adalah daya cipta atau kreatifitas. Berkembangnya kreatifitas sangat ditentukan oleh kondisi fisik para pelaku kebudayaan.. Kondisi fisik yg prima lebih memudahkan penyerapan dan internalisasi nilai-nilai kebudayaan seperti nilai-nilai etik, estetik, dan ilmiah. Sejarah membuktikan, bangsa yg mampu menghasilkan perdapan yg tinggi umumnya memiliki badan dan jiwa yg seha. Badan dan jiwa yg sehat dibangun dari kecukupan gizi.
Bangsa Indonesia pun punya catatan unggul. Generasi awal bangsa ini mampu melahirkan peradaban dan sejarah besar, misalnya Sriwijaya, Mataram Kuno, dan Majapahit. Mereka melakukan kontak budaya dgn bangsa lain yg melahirkan sistem pengetahuan, sistem berniaga, ekspresi kultural, dan produk kultural. Candi Borobudur, Prambanan, dan sistem irigasi Majapahit yg mengagumkan dan membuat dunia berdecak kagum hanyalah beberapa contoh dari capaian peradaban mereka. Warisan budaya mereka jd salah satu modal penting bagi bangsa Indonesia utk membangun peradaban yg lebih berkualitas.
Tentu, generasi pendahulu bangsa ini memiliki kualitas kesehatan jiwa dan raga sehingga mampu melahirkan peradaban yg begitu bermakna. Pasti mereka bukan "bangsa nasi aking".
Pemerintah, seperti yg diobsesikan Presiden Yudhoyono, memiliki cita-cita besar; melahirkan bangsa yg cerdas,.terampil, dan takwa, atau bangsa yg berkarakter. Pertanyaanya, apakah obsesi besar itu bakal terwujud jika sebagian besar rakyat negri ini menglami bencana.pangan berkepanjangan? Bagaimana anak-anak kita bisa belajar dgn tekun dan intens jika selalu mengantuk dan perut mereka selalu memberontak.
Pangan yg cukup, sehat dan aman, adalah hak setiap warga negara. Konstitusi kita telah menjamin warga negara tidak lapar. Pasal 27 ayat 2 UUD 45 menjamin hak fakir miskin dan anak-anak telantar utk dipelihara oleh negara. Artinya, pemenuhan pangan yg cukup bagi setiap warga jadi kewajiban mutlak negara.
Jadi, dalam krisis beras, persoalannya tdk selesai pd kegagalan panen akibat cuaca, tdk juga menyangkut kebijakan pangan pemerintah. Benarkah pemerintah memihak rakyat dan berkomitmen memenuhi kewajibannya dalam pemenuhan hak pangan? Atau ada agenda lain untuk kepentingan elite tertentu dan ekonomi tertentu?
Gejalanya, membiarkan harga beras centang perenang dieksploitasi pelaku pasar, nampaknya pemerintah sengaja memberikan ruang yg luas kpd kekuatan pasar dan modal utk mengisap mereka yg lemah. Gejala itu makin kentara ketika resep panik, instan, dan sporadis dijadikan solusi meredam harga beras : operasi pasar dan impor. Bukannya menempuh cara-cara mendasar dan jangka panjang.[-O-]