Senin, 16 Agustus 2010

Waktu Tempuh Kini Semakin Lama

Matahari masih tertutup mendung di Pamulang, Tangerang Selatan, saat Sofyan mengeluarkan sepeda motornya. Senin (19/7) pagi itu Sofyan berangkat pukul 06.30 atau satu jam lebih pagi dibanding tiga tahun lalu, saat dirinya pindah ke pinggiran luar Jakarta.

Laju sepeda motornya lancar pd kilometer pertama. Namun, laju pekerja kantoran di jalan Sudirman itu mulai tersendat kemecatan saat melintasi Situ Sasak Tinggi.

Meskipun sepeda motornya ramping dan lincah, Sofyan tetap harus melaju perlahan sampai ke jembatan layang Pasar Ciputat agar tdk tertabrak kendaraan dari arah sebaliknya.

Keberadaan jembatan layang di depan pasar Ciputat, yg dulu terkenal sbg biang macat, ini hanya sedikit memperlancar arus lalu lintas. Perilaku angkutan umum yg berhenti di ujung jalan naik dan di ujung jalan turun jembatan layang membuat kemacetan mengular pd pagi hari.

Kemacetan diperparah oleh putaran mobil, mahasiswa yg menyeberang, dan angkutan umum yg berhenti sembarangan di depan kampus UIN Syarif Hidayatullah.

Kemacetan berulang lg di perempatan pasar Jumat, perempatan pondok Pinang, dan yg paling parah di sepanjang Jalan Pondok Indah Raya sampai perempatan Cendrawasih ke arah Kebayoran Lama. Hambatan satu lampu lalu lintas dan satu putaran jalan dpt menyebabkan antrean kendaraan sepanjang lebih dari 1 km.

Hambatan-hambatan semacam itu terus terjadi di jalan Arteri Permata Hijau, Jalan Pejompongan, Jalan Mas Mansyur, sampai ke Jalan Sudirman.

"Tiga tahun lalu, saya hanya perlu satu setengah jam untuk berangkat ke kantor yg berjarak 28 km. Kini saya butuh dua sampai dua setengah jam. Jalan semakin padat dan kendaraan semakin banyak," kata Sofyan.

Sembilan Titik Macet
Kemacetan parah juga terjadi setiap hari di jalur Cakung-Pulo Gadung. dari pengamatan wartawan, terdapat sedikitnya sembilan lokasi macet di ruas itu.


Waktu Tempuh Kini Semakin Lama

Titik kemacetan itu adalah di jembatan Kanal Timur, Ujung Menteng, Buaran, di depan kantor Polsek Cakung, dan akses gerbang Tol Cakung.

Simpul kemacetan lainnya menjelang Halte Pupar, Kawasan Industri Pulo Gadung, persimpangan Klender Rawaterate, dan di depan Pasar Cakung. Kemacetan paling parah terjadi di akses keluar dan masuk Terminal Bus Pulo Gadung, Jalan Bekasi Raya Km 20.

Pd pagi hari kendaraan besar, mobil, dan sepeda motor menyemut dari arah Timur menuju Barat. Di ruas jalan menjelang arah Gerbang Tol Cakung, pengguna sepeda motor dari arah timur nekat melawan arus dgn melintas di sisi jalur yg berlawanan arah.

Untuk menempuh jarak sekitar 7 km mulai dari jembatan Kanal Timur, Ujung Menteng, Cakung, sampai Terminal Pulo Gadung dgn sepeda motor diperlukan waktu 35 menit. Padahal, tiga tahun lalu waktu tempuhnya hanya selama 20 menit.

Kemacetan parah juga terjadi pd ruas jalan Kota Tangerang sampai Grogol. Proses pembetonan di perempatan Cengkareng dan perempatan Tubagus Angke yg memakan separuh badan jalan menyebabkan laju kenderaan sangat tersendat.

Selain itu, lampu lalu lintas di berbagai persimpangan utama juga tidak berfungsi dan tdk ada petugas yg mengatur lalu lintas, kecuali di persimpangan Green Garden. Hampir di semua perempatan terjadi kemacetan karena semua kendaraan saling mengunci.

Banyaknya sepeda motor dan angkutan pelat hitam atau omprengan yg sering berhenti di sembarang tempat juga memperparah kemacetan.


Gejala Macet Total

Pengamat transportasi Fransiskus Trisbiantara mengatakan, semakin lamanya waktu tempuh karena berbagai hambatan lalu lintas merupakan gejala kemacetan total di Jakarta.

Data Dinas Perhubungan DKI menunjukkan, setiap hari jumlah mobil bertambah 186 unit dan sepeda motor bertambah 986 unit. Pertambahan kendaraan rata-rata 8 persen per tahun dan pertambahan luas jalan hanya 0,01 persen per tahun.

Di sisi lain, total luas jalan mencapai 40,1 km persegi serta luas jalan protokol dan kolektor 16,04 km persegi. Sedangkan total luas utk 2,4 juta mobil, 4,3 juta sepeda motor, 91.082 angkutan umum di Jakarta, dan 700.000 kendaraan dari pinggiran yg masuk ke Jakarta mencapai 13 km persegi.

Dengan kondisi yg ada, Trisbiantara memprediksi, kemacetan total bakal terjadi pd 2012 atau pd tahun yg sama dgn pemilihan Gubernur DKI Jakarta, bukan 2015 seperti yg diperkirakan sebelumnya.

"Jika Gubernur Fauzi Bowo ingin terpilih lagi, penambahan bus transjakarta secara drastis dan perluasan jaringan sampai 15 koridor mutlak diperlukan. Setelah itu, mulai pembatasan penggunaan kendaraan pribadi," kata Trisbiantara.

Bus Transjakarta menjadi harapan utk mengatasi kemacetan dua tahun mendatang. Penambahan badan jalan secara drastis atau percepatan pembangunan mass rapid transit tdk mungkin dilakukan dalam dua tahun. Sementara Jakarta belum punya disain solusi utk menghadapi ancaman kemacetan total.[-O-]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar