Rabu, 18 Agustus 2010

Mari Tersenyum

Ini adalah masa-masa sulit. Angka pengangguran bertambah, lalu lintas semakin tdk kondusif. Polusi semakin pekat. Banjir mengancam. Otoritas tdk bisa dijadikan pegangan. Kondisi ekonomi sulit diprediksi. Kebenaran semakin tdk terang. Ketidaksiapan menghadapi bencan, membuat kita menyaksikan semakin banyak orang yg menderita. Ini benar-benar "crunch time". Banyak orang stres. Seorang ahli manajemen, Garben Kleef, menyatakan bahwa "mental fatique" atau kelelahan mental seorang pemimpin dalam masa-masa sulit, sering justru makin meyebabkan terperosoknya semangat orang di sekitar kita, anak buah atau bawahan lebih dalam.
Sekarang memang saatnya menentukan sikap dan tindakan. Inginkah kita terus meratap, menyalak dan meraung? Seorang teman, dalam keadaan negara yg galau ini malah mengirimkan pesan teks ke saya, "Enjoy your moments of truth".
Kalimat sederhana itu seketika membuat saya tergugah. Bukankah kita masih bisa mensyukuri banyak hal, mengupayakan banyak hal, mempertimbangkan pelanggan yg menunggu servis kita, memuaskan stakeholders kita, membangun generasi muda kita, melakukan coaching, dan begitu banyak pe-er di depan mata yg tidak bisa kita hindari? Kitapun bisa bertanya sendiri. "Apa yg bisa kita dapatkan dgn bersungut-sungut?". "Apa dampaknya kalau kita terus meratap dan meraung?" Sadarkah kita bahwa emosi menular dan anak buah atau bawahan bisa jadi ketularan turun semangat?"
Seorang atasan atau pemimpin yg baik, perlu memiliki kemampuan menghidupkan semangat tim dan bawahannya dalam keadaan sekritis dan segalau apapun. Ingat bahwa emosi orang di sekitar kita adalah tanggung jawab kita juga.

INVESTASI EMOSI
Dalam menyelesaikan pekerjaan, kita memang harus fokus pada tugas dan hasil kerjanya. Sangat wajar bila kita kemudian mengabaikan emosi individu. Ada manajer yg berkomentar, "Terlalu mewah untuk mempedulikan emosi anak buah di masa-masa sulit begini. Yg siap ikut, ya, ikut. Yg tdk bersedia, kita tinggal sajalah!" Padahal bila dipikir-pikir, ada dua hal yg perlu kita pertimbangkan. Pertama, kita tdk pernah bisa mengingkari bahwa individu yg bagus adalah asset. Hanya dalam keadaan emosi yg stabillah ia bisa berkinerja dobel. Hal kedua adalah, sebagai pemimpin, kita tentunya tdk ingin mentalitas dan emosionalitas anak buah merosot, bukan? Sebab itu berarti spirit dan energi dalam lingkungan kerja, cepat atau lambat akan terpengaruh ke arah yg negatif juga. Kalau sdh sampai di titik yg terendah akan sulit sekali utk mengangkatnya kembali. Suasana emosi kelompok yg sdh terlanjur skeptis dan pesimis bahkan bisa jadi tidak diperbaiki dgn uang.
Dalam keadaan terpuruk dimana reward finansial sulit disediakan, kita justru perlu melipatgandakan investasi emosi yg bahkan bisa tdk makan biaya sama sekali. Spiritnya adalah mengembangkan hubungan manajemen-karyawan, atasan-bawahan, antar tim dan divisi yg berkualitas dan positif.
Kita tentu bisa merasakan bahwa investasi emosi akan memperbaiki hubungan, meningkatkan dukungan, juga mengembangkan rasa percaya. Keadaan emosi yg positif ini sulit sekali dibentuk secara instan. Bagaimana investasi emosi ini ditumbuhkan? Ia datang sbg hasil apresiasi, sambung rasa, perasaan didengarkan, dilibatkan, diperhitungkan, dan juga kebebasan berpikir dan bertindak. Emosi positif yg terpancar akan menjadi penyejuk dan penyemangat. Kemampuan tim utk menyelesaikan masalah, mengambil keputusan pun otomatis jauh lebih baik, karena mempertimbangkan "concern" yg bisa menjadi dukungan satu sama lain.

KECERIAAN " Pembangkit Energi
Seorang eksekutif kenalan saya sering menggunakan istilah "holding hands" dalam upayanya menjadi energi bagi rekan-rekan kerjanya. "Dalam krisis begini, tdk ada yg bisa menjamin job security. Satu-satunya cara agar teman-teman yg masih ada dalam tim tetap berupaya dan bekinerja adalah rasa kebersamaan dan keyakinan utk berbagi susah dan senang."Sebagai pemimpin, kita tentu tdk boleh lupa, bahwa kitalah yg punya tugas utk menjadi penyemangat, penggerak, pendorong atau "cheer leaders". Mau tidak mau, pemimpin adalah pusat emosi kelompok. Sikap gloomy atau cemberut berlarut-larut yg kita tampilkan, pastilah tidak akan bisa mengangkat emosi dan energi orang di sekitar kita. Hanya dgn menularkan kesceriaan, asa keterpurukan bisa kita angkat.

HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Dalam satu acara diskusi dgn sekelompok pemimpin satuan kerja, seorang peserta berkomentar mengenai visinya untuk mengembangkan manusia, "Saya ingin mengajak anak buah saya, melihat titik terang di kejauhan, dari lorong yg gelap."
Ungkapan ini spontan mengundang tepuk tangan teman-teman peserta diskusi. Sungguh sesuatu yg menyegarkan. Kita tahu bekerja keras, menyelesaikan proyek, mengabdi, berjuang, bisa menjadi kegiatan yg berat dan sekaligus fun. Kita bisa berpikir kreatif bagaimana membuatnya fun.
Dalam situasi sulit, hanya orang-orang yg fanatik dan antusias mengenai kehidupanlah yg masih bisa mengajak lingkungan sekitarnya tersenyum., bagaimanapun keadaan emosi dirinya. Orang-orang seperti ini pasti meyakini bahwa "good things do happen". Tersenyumlah karena ia membawa aura positif.[-O-]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar